Meyci

Jumat, 23 Agustus 2019

Fahri Hamzah: Lebih Baik Istana Yang Diblokir


MASALAH MENUMPUK DI KARPET ISTANA

Lebih baik istana diblokir...

Cara negara menyelesaikan masalah adalah dengan mengajak rakyat menghadapinya.. bukan melarang rakyat menghadapinya... dengan pengalihan isu atau memblokir hak rakyat untuk berkomunikasi... seperti yang dilakukan istana sekarang... (memblokir internet Papua -red).

Gejolak dan dinamika rakyat adalah pertanda bahwa kehendak hidup bersama masih kuat.. seperti cemburu dalam rumah tangga, semua adalah gelora cinta yang harus didialog-kan agar cinta kita bertambah dan agar hidup tidak membosankan...

Dari awal saya sudah mengingatkan... sepertinya ada kesalahan memahami skala kerja negara pada istana.. negara berubah jadi kontraktor dan infrastruktur dianggap sebagai jalan pintas dan solusi pamungkas semua masalah rakyat...

Padahal, negara tercipta melalui komunitas imajiner seperti kata Ben Andersen. Dan imajinasi itu dibangun melalui interaksi di ruang publik. Media adalah medium utamanya. Karena itu blokir media bukan jalan keluar tapi merusak imajinasi bersama kita.

Sekarang, bagaimana kita menjaga negara dan nasionalisme kita jika istana tidak menggandrungi percakapan di ruang publik? Bagaimana jika istana menganggap remeh gejolak dan dinamika rakyat dan mengganggap menghentikan percakapan adalah solusi menghentikan dinamika?

Inilah yang menyedihkan dari rezim ini, matinya ide dan imajinasi tentang tentang komunitas imajiner kita. Kita dilarang untuk mempelajari kompleksitas INDONESIA dan negara mendominasi cara kita membangun kebersamaan yaitu dengan melupakannya.... kerja.. kerja.. kerja..

Marilah terus bekerja untuk saling mencintai dalam kerumitan kita menjadi negara bangsa.. melalui ide dan imajinasi... hidupkan ruang publik dengan percakapan yang sehat... itulah inti demokrasi kita... nasionalisme tidak turun dari langit tapi kita perjuangkan tiap hari..

Ayo istana,
Jangan bikin rusak suasana..
Ngobrol dong...
Jangan main blokir saja dan mengalihkan masalah..
Jangan selesaikan masalah dengan menumpuk-nya di bawah karpet istana.. nanti bau busuk bikin rusak suasana...

(Twitter @Fahrihamzah 24/8/2019)

Selasa, 20 Agustus 2019

Wartawan Senior: Para Petinggi Negara Bingung Menghadapi Papua


Para petinggi negara bingung menghadapi Papua. Mau diambil tindakan keras, takut salah. Khawatir eskalasi situasi. Takut semakin runyam. Dengan pendekatan lemah-lembut, ketahuan pemerintah pusat lemah. Padahal memang lemah menghadapi Papua. Jakarta menjadi serba salah.

Hebat dan salut kepada orang Papua. Dalam waktu 48 jam saja setelah rasisme “monyet” diteriakkan kepada mereka di Surabaya, label “monyet” itu mereka kembalikan ke Jakarta. Bahkan makna kemonyetan yang dikembalikan itu lebih tajam. Sangat menohok.

Rasisme monyet yang dibalikkan ke Jakarta itu mengandung arti yang sangat rendah. Cukup hina. Orang Papua mengembalikan ucapan kasar itu bukan dengan kata-kata kasar. Mereka cukup menunjukkan isyarat menuntut penentuan nasib sendiri.

Mereka kibarkan bendera Bintang Kejora di jalan-jalan Papua. Mereka buat rapat umum dengan teriakan “Papua Merdeka” atau “Kami Mau Referendum”, dan yel-yel lain yang intinya meminta agar Papua lepas dari Indonesia. Tak ada yang berani mencegah.

Bintang Kejora dan semua yel-yel itu membuat para penguasa di Jakarta menjadi kecut. Mereka gamang. Para menteri Polhukam takut Timor Timur akan terulang.

Yang mengidap diabetes, kadar gulanya langsung turun-naik. Khawatir tuntutan “Papua Merdeka” semakin membolasalju.

Dalam situasi seperti ini, orang Papua jelas berada pada posisi di atas angin. Mereka yang memegang kendali. Secara politis, Papualah yang saat ini mendikte penguasa pusat.

Saya teringat pertunjukan Topeng Monyet yang banyak dijumpai di Jakarta. Terbayang saya orang Papua yang menjadi Tuan atau pengendali si Topeng Monyet itu. Sebaliknya, si monyet melakukan semua perintah tuannya. Orang di luar Jakarta tidak begitu tahu Topeng Monyet. Yaitu, atraksi di jalan-jalan kampung yang menyalahgunakan monyet terlatih untuk cari duit alias ‘ngamen’.

Leher monyet diikat dengan tali panjang. Diarak keliling kampung. Di suruh naik sepeda mini bolak-balik sepanjang talinya. Untuk menghibur warga. Si monyet tidak punya pilihan lain. Harus mengikuti perintah tuannya.

Begitulah gambaran hubungan Jakarta-Papua saat ini. Orang Papua tak perlu membalas teriakan “monyet” dengan kata “monyet” juga. Cukup mereka balas dengan makna atraksi Topeng Monyet.

24 Agustus 2019

By Eka

Senin, 12 Agustus 2019

DUH! Ketum GP Ansor Yaqut Jadi Olok-olokan Netizen Suruh Berangkat ke Papua

Sumber foto: republika.co.id

Yaqut Serukan Ansor Satukan Barisan Jaga Keutuhan NKRI

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas meminta Ansor dan Banser dalam satu barisan dan komando untuk selalu menjaga persatuan dan harmonisasi sesama anak bangsa demi menjaga keutuhan NKRI. Seruan ini berkaitan dengan kericuhan di Provinsi Papua beberapa waktu lalu.

Saat memberikan orasi kebangsaan sekaligus membuka Pelatihan Kepemimpinan LanjutanGP Ansor, Diklatsus Nasional III Provost Banser, dan Dirosah Wustho kiai muda se-Bali, di Ponpes Raudlotul Huffadz, Tabanan, Kamis malam (22/8), ia mengatakan Ansor dan Banser wajib menjaga keutuhan NKRI, karena NKRI bagian hasil dari perjuangan para kiai dan ulama NU.

"Bagi Ansor dan Banser, NKRI juga hasil perjuangan para kiai dan ulama NU, sehingga NKRI adalah harga diri kita, kehormatan kita, maka wajib hukumnya dengan apa pun, dengan darah dan nyawa kita semua untuk dipertahankan," katanya.

https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/19/08/23/pwp06t409-gus-yaqut-serukan-ansor-satukan-barisan-jaga-keutuhan-nkri

***

Jadi olok-olokan netizen

"Seruan itu buat antisipasi apa?? pergolakan perpecahan SEDANG berlangsung... dan pergolakan itu justru mengubur semanget statement GARDA TERDEPAN MENGAWAL NKRI..... dan kalimat itu tinggal kenangan.... 🤣," ujar @XZaman88.

"Ngatur barisan aja ngga bisa, apalagi mau aksi ke Papua.. Masih mencari payung hukum. Giliran bubarkan pengajian, lupa sama payung😁," komen @Jay_RedBlack.

"Halah mas koar2 terus bisanya... buktiin doong sana berangkat ke papua... koar2 gt anak sd jg bisa... 😥," timpal @myshabrina1.

"Dari taun kodok sampe taun togog ngomongnya masih menyerukan, menyerukan, menyerukan melulu. Kapan eksennya kult...????" ujar @Shuliantoro1.

Sabtu, 10 Agustus 2019

Kapolsek Kompol Sarce Christiaty yang Beri Miras ke Mahasiswa Papua Akhirnya Dicopot


Kapolsek Sukajadi Kompol Sarce Christiaty Leo Dima dicopot dari jabatannya. Kompol Sarce dimutasi sebagai Perwira Menengah Pelayanan Markas (Pamen Yanma) Polda Jabar.

"Iya, benar (dimutasi)" kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko, melalui sambungan telepon, Jumat (23/8/2019), seperti dilansir kumparan.

Jabatan Kapolsek Sukajadi akan diisi oleh Kompol Marsellinus Firdaus yang sebelumnya bertugas sebagai Gadik Muda 16 SPN Polda Jabar.

Kompol Sarce Christiaty adalah anggota polisi yang memberikan miras ke asrama mahasiswa Papua di Bandung pada Kamis (22/8). Kompol Sarce Christiaty kini masih menjalani pemeriksaan oleh Propam Polda Jabar.

Belum diketahui motif Kompol Sarce Christiaty memberikan miras ke asrama mahasiswa Papua.

Seperti ramai diperbincangkan dan viral videonya, mahasiswa Papua mengembalikan dua dus minuman beralkohol yang dikirim polisi. Dua dus miras dikembalikan mahasiswa Papua saata mereka menggelar aksi damai di Gedung Sate Bandung. Kamis (22/8).

Mahasiswa Papua menyatakan pemberian dua dus miras itu sebagai penghinaan kepada mereka karena seakan membenarkan citra orang Papua pemabuk.

[Video]

Mahasiswa NU Isi Ilmu Kebal, Siap Hadapi Kelompok Makar... Siap ke Papua?


Mahasiswa NU Isi Ilmu Kebal, Siap Hadapi Kelompok Makar

Puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Nusantara Tangerang, Rabu (13/4), mengadakan pengisian ilmu kanuragan untuk menghadapi pelaku organisasi radikal dan makar (bughat) terhadap Negara.

Dr. Bahruddin, Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan STISNU, sekaligus mursyid pengisian ilmu kanuragan menjelaskan bahwa mahasiswa dibekali dengan barakah Asrar Asmaul Husna, sehingga kelak ketika dibutuhkan untuk menjadi garda terdepan melawan bahaya terorisme, ideologi radikal, dan organisasi makar (bughat) mereka sudah siap lahir dan batin.

"Alhamdulillah, pengisian ini diikuti oleh mahasiswi juga, tidak hanya mahasiswa, karena mereka setia dan cinta terhadap NKRI," ujarnya.

Bahruddin menambahkan, untuk bukti dasar, mahasiswa dililit petasan yang besar, lalu diledakan di tubuhnya. “Insyaallah, wasilah keberkahan Asmaul Husna, (petasan) itu bukan kendala,” tuturnya.

Benar, begitu petasan diledakkan tak ada luka di badan peserta, bahkan baju pun tidak sampai bolong atau rusak.

Herman Jampang salah satu mahasiswa STISNU menjelaskan bahwa mereka siap bersama teman-temannya diberikan untuk mengawal Pancasila dan NKRI. Bahkan nyawa pun akan diberikan bila perlu. "Sumpah setia mahasiswa STISNU, mengabdi untuk NU dan Bangsa," katanya.

“Petasan yang dililitkan ke badan saya itu tidak seberapa. Kami siap berhadapan dengan sejata mesin sekalipun apabila ada golongan yang ingin merusak NKRI,” sumbar Herman.

Hadir pada acara pengisian Katib Syuriah PCNU Kota Tangerang KH Arif Hidayat, Wakil Ketua Bidang Akademik STISNU H Muhamad Qustulani, Ketua GP Ansor Kabupaten Tangerang Hoirul Huda, dan perwakilan peserta dari Banser NU Kota/Kabupaten Tangerang.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/67267/mahasiswa-nu-isi-ilmu-kebal-siap-hadapi-kelompok-makar

***

Berita lama 14 April 2016 di situs resmi NU ini kini menjadi perbincangan warganet.

Mereka kini mempertanyakan, kapan 'orang-orang sakti' ini dikirim ke Papua untuk menghadapi kelompok makar.

Karena di Papua ada OPM, ada tuntutan merdeka keluar dari NKRI, bendera merah putih dibakar, sementara bendera Kejora berkibar.

Ditulis oleh: Eka

Jumat, 09 Agustus 2019

Bapak sakit dan menganggur, bagaimana saya kuliah? Alhamdulillah terbantu program KJMU Pemprov DKI


Bapak sakit dan menganggur, bagaimana saya kuliah?

Itu pertanyaan Rina sebagaimana dituturkan orang tuanya kepada Tim Gubernur DKI. Ia sudah diterima di IPB tahun ini. Tetapi Allah memberi cobaan, ayahnya sakit dan tak bisa bekerja.

Untungnya Pemprov DKI punya program Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU). Beasiswa untuk warga miskin Jakarta yang diterima di universitas-universitas negeri.

Sebelumnya Rina bukan penerima KJP Plus. Sebab orang tuanya masih bekerja. Namun sekarang kondisinya berbeda. Mendadak ekonomi keluarganya drop sehingga ia harus mencari cara untuk bertahan. Maka ia membuka informasi KJMU di internet (www.bit.ly/daftar-kjpplus-kjmu). Mencari informasi tentang syarat dan caranya.

Pertama, mendapatkan Surat Keterangan Tidak Mampu dari Kelurahan. Ada kesulitan sedikit di kelurahan. Karena pihak kelurahan tak berani memberikan surat keterangan karena belum ada sosialisasi soal KJMU. Begitu orangtuanya mengadu.

Pengaduan orang tua Rina direspon cepat. Dibantu Tim Respon Strategis TGUPP bersama dengan Dinas Pendidikan, akhirnya semua berjalan lancar. Orang tua Rina ditelpon, dan pihak kelurahan diberi penjelasan. Surat keterangan tidak mampu didapat. Lantas Rina diminta untuk mendaftarkan diri di sekolah SMA-nya untuk mendapatkan beasiswa KJMU. Langsung beres.

Jika kebetulan kamu atau teman/saudara kamu warga DKI mengalami kesulitan seperti yang dihadapi Rina, kamu bisa minta bantuan Pemprov DKI. Melalui program KJMU, kamu bisa dapat bantuan beasiswa. Pendaftaran KJMU dilakukan di sekolah asal, mulai dari tanggal 12 Agustus sampai dengan 13 September 2019. Catat ya.

Link: www.bit.ly/daftar-kjpplus-kjmu

Daripada ngomogin hal receh soal seni instalasi yang sudah biasa dibuat di DKI sedari dulu. Mendingan ngomongin hal bermanfaat seperti begini bukan? Pemprov DKI melakukan yang terbaik untuk melayani warganya.

By Tatak Ujiyati
Anggota Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) DKI Jakarta

___
*Foto ilustrasi atas: Penerima KJMU, Elma Irianti (19) dari Universitas Islam Negeri

Kamis, 08 Agustus 2019

Rocky Gerung: Masalah Mendasar Adil dan Beradab, Bukan Slogan-Slogan Nasionalistik


Gejolak yang terjadi di Papua dan Papua Barat turut menyita perhatian filsuf yang juga Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D), Rocky Gerung.

Menurutnya, ada masalah mendasar yang belum disentuh oleh pemerintah. Sehingga mengakibatkan ricuh di Malang dan Surabaya merembet hingga ke Manokwari dan Fakfak.

Masalah mendasar itu berkaitan dengan keadilan yang harus diterima semua kelompok masyarakat di Indonesia. Sementara di satu sisi, pemerintah dianggap hanya mendengung-dengungkan slogan nasionalistik tanpa ada langkah nyata yang dilakukan.

Ada yang bergolak. Masalah mendasar adil dan beradab. Tak bisa sekadar diatasi dengan slogan-slogan nasionalistik,” terangnya dalam akun Twitter pribadi, Kamis 22 Agustus 2019.

Tidak cukup sampai di situ, Rocky Gerung turut menyinggung pembangunan infrastruktur yang terus dilakukan pemerintah. Sebab, pembangunan itu ternyata tidak dapat menghindarkan negeri ini dari konflik.

“Keakraban bernegara tak dihubungkan oleh jalan tol,” singkatnya.

Sumber: RMOL
Penulis: Eka

Ad Placement