Ngabisin energi kalau terus nyolek dia. Yang ada, dirinya malah bangga karena jadi pusat perhatian. Manusia kayak dia, adalah tipe manusia yang ada kelainan otak.
Umumnya manusia waras akan malu apabila di perlihatkan kesalahan dirinya. Malu dan berpikir untuk selanjutnya gak akan mengulangi. Tapi dia, beda.
Setiap kesalahan seperti bacaan stensil yang bisa memuaskan diri sambil tersenyum puas. Semakin di bicarakan, maka semakin dia menjadi kelakuannya.
Yang saya tau,
Dia Ansor
Dia Banser
Dia NU
Jika anak itu sudah gak bisa kita nasehati dan kita ingati atas kenakalannya, maka temui orang tuanya atau Colek orang tuanya agar mendidik anaknya yang nakalnya dah di luar batas normal.
NU selalu membanggakan islam yang sejuk. Jika membawakan sikap manusia laknat ini, apakah Islam sejuk itu terlihat dari perbuatannya?
Ansor selalu berkata PANCASILA dan persatuan NKRI. Jika sikap si laknat ini di jadikan cerminan, apakah boleh menyebut ansor hanya pandai berkata tanpa pandai mengamalkannya?
Toleransi dan berkata indah selalu di teriakkan oleh kaum sarungan. Namun saat Anggita sendiri berlaku bak binatang, dimana tanggung jawab mereka membina anak sendiri?
Jika saya yang b*j*ng*n ini mencontoh sikap dia, gak terima saat ulama saya di Katai “Tonggos” dan Goblok, dan saya membalas ucapan itu dengan ikut menghina kyai mereka. Apakah para sarung mania itu akan terima?
Gak usah bermain kata dengan mengaburkan pada siapa sebutan itu di tujukan.
Saya b*j*ng*n. Gak pernah ikut didikan pesantren. Gak pernah tau kitab kuning, gak pernah nyanyi sholawatan juga. Kalau saya berkata kasar dan menghinakan ulama mereka, kayaknya saya lepas dari tanggung jawab sebagai santri atau orang yang tau ajaran agama.
Tapi ada batasan yang saya jaga. Batasan yang tidak mau saya umbar ketika diri emosi melihat perlakuan Dusta mereka.
Jika hanya menghina, yakinlah…Hinaan saya lebih pedas dari siapapun. Kamu kasih satu, saya bisa balas 1000.
Walau bajingan, saya bukan binatang yang akan balas menggigit ketika di sakiti. Yang saya pertanyakan, bagaimana tanggung jawab NU dan ansor sebagai wadah bagi si laknat ini menerima ajaran agama Islam?
Jika si laknat ini adalah hasilnya, maka baiknya NU dan ansor segera rapikan tenda dan menggulung karpet sebagai tanda bahwa jualan yang mereka pajang adalah BARANG PALSU BELAKA.
Jika punya tanggung jawab, segera tarik dari peredaran barang2 jahanam itu. Lakukan klarifikasi dan perbaiki akhlak sendiri sebelum mengoreksi akhlak orang lain.
Banyak kumpulan ulama dan gus-gus di sana, tapi tidak mampu memperbaiki seorang si laknat ini.
Kayak gini kok mau ngubah indonesia dan mau Go publik ke dunia. Ngurus satu nyawa aja gak mampu, kok koar2 mau ngurus akhlak orang lain.
Sejauh ini, sampai detik ini…Saya mau kasih pesan…
SAYA BANGGA BUKAN nu dan ansor
Belum End.
Penulis: Eka